Kamis, 16 Januari 2014

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi syarat-syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Jenjang Strata Satu
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Disusun Oleh :
Nama                       : Karimah Patryani
NPM                        : 23210835
Kelas                        : 4EB10
Jurusan / Jenjang       : Akuntansi / S1 

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2013

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang Masalah
Memasuki era globalisasi dewasa ini, persaingan usaha diantara perusahaan semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan agar dapat bertahan dan berkembang dalam lingkungan bisnis. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan strategi yang tepat agar perusahaan bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya, karena kinerja keuangan dan nilai yang dimiliki perusahaan merupakan sebagai acuan tolak ukur yang dilihat oleh pemegang saham untuk melihat keberhasilan kinerja perusahaannya. Suatu perusahaan diharapkan dapat terus berkembang, sementara pengembangan perusahaan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Salah satu cara untuk memperoleh sumber dana perusahaan adalah dengan cara menarik dana dari luar perusahaan yaitu melalui pasar modal.
Dalam pasar modal banyak sekali informasi yang dapat diperoleh investor baik informasi yang tersedia dipublik maupun informasi pribadi sebagai pengambilan keputusan. Salah satu sumber informasi yang dapat digunakan oleh investor adalah laporan keuangan. Dengan memanfaatkan informasi laporan keuangan diharapkan investor dapat memprediksi jumlah, waktu dan ketidakpastian (resiko) arus kas bersih perusahaan. Untuk memahami informasi tentang laporan keuangan, maka analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan. Analisa keuangan meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan dimana analisis rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah dan para pemakai lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatau perusahaan serta dapat memprediksi laba perusahaan.
Informasi tersebut akan memiliki manfaat bagi investor dipasar modal, dimana transaksi ini tercermin melalui perubahan harga saham dan volume perdagangan saham. Seberapa jauh relevansi suatu informasi dapat dilihat dengan mempelajari kaitan antara pergerakan harga saham dan volume perdagangan di pasar modal. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga saham yaitu melalui pendekatan fundamental.
Pendekatan fundamental terutama dengan memperhatikan faktor-faktor yang pada umumnya berada di luar pasar modal yang dapat mempengaruhi harga saham dimasa mendatang. Prinsip mendasar dari pendekatan ini bahwa menimbulkan gerak harga saham adalah antisipasi tentang perubahan dalam pendapatan perusahaan. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tersebut yaitu laba, deviden, tingkat suku bunga, perubahan harga, produksi, penjualan, perkembangan politik dan lain sebagainya. Pada penelitian ini menggunakan Rasio Pasar merupakan indikator untuk mengukur mahal atau murahnya suatu saham, serta memberikan informasi seberapa besar investor atau pemegang saham menghargai perusahaan.
Rasio pasar meliputi Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisa rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi saham. Indikator fundamental adalah analisis yang menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan.

Penggunaan rasio keuangan dalam penentuan kebijakan investasi telah dipakai secara luas namun demikian penggunaan analisa rasio keuangan sebagai alat ukur akuntansi konvensional memiliki kelemahan utama yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah perusahaan mampu menciptakan nilai atau tidak (Handoko : 2008).
Selama ini pengukuran kinerja manajerial jarang menggunakan pendekatan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan. Dengan keterbatasan dan kelemahan rasio itulah maka pada tahun 1989, Konsultan Stern Steward Management Service memperkenalkan EVA (Economic Value Added) sebagai ukuran tunggal kinerja keuangan untuk mengatasi kelemahan metode akuntansi tradisional (rasio keuangan).
Metode ini digunakan karena banyak terdapat kelemahan – kelemahan dan ketidakpastian dalam pengukuran kinerja tradisional, sehingga para ahli dan akademis mencoba untuk mengembangkan konsep baru dalam pengukuran kinerja. Fenomena yang membuat EVA berbeda dengan perhitungan konvensional lain adalah digunakannya biaya modal dalam perhitungannya, yang tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional.
Penelitian kinerja dengan metode EVA sudah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Noer Sasongko & Nila Wulandari (2006) menguji EVA, ROA, ROE, ROS, EPS, dan BEP  terhadap harga saham, dimana mereka menyimpulkan bahwa ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Penelitian yang sama tentang EVA juga dilakukan oleh Dwi Marta Siswa (2011) untuk mengetahui pengaruh dari ROE, EVA dan EPS terhadap Return Saham, penemuan ini membuktikan bahwa ROE, EVA, dan EPS berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang pengukuran kinerja perusahaan dengan metode EVA dalam penulisan ilmiah yang berjudul “PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM”
1.2         Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji kinerja keuangan dengan metode EVA dan EPS terhadap harga saham. Maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1.    Apakah nilai Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga saham?
2.    Apakah nilai Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham?
3.    Apakah nilai Economic Value Added (EVA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham?

1.3         Batasan Masalah
Untuk membatasi luasnya penjabaran dan pembahasan dalam penulisan ilmiah ini, maka penulis hanya memfokuskan pada laporan keuangan 10 perusahaan yang terdaftar di  BEI  Periode 2010 – 2012. Analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah Economic Value Added (EVA) dan Earning Per Share (EPS) dengan menggunakan Neraca dan Laporan Laba Rugi. Serta untuk mengukur pengaruh analisis Economic Value Added (EVA), Earning Per Share (EPS), dan harga saham. Perusahaan yang digunakan yaitu, PT. Aneka Tambang, PT Alam Sutera Realty, PT. Gudang Garam, PT. Indocement Tunggal P, PT. Indofood Sukses Makmur, PT. Jasa Marga, PT. Kalbe Farma, PT. Semen Indonesia, PT. Unilever Indonesia, dan PT. XL Axiata.

1.4         Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari penulisan ilmiah ini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui nilai Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga saham?
2.    Untuk mengetahui nilai Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham?
3.    Untuk mengetahui nilai Economic Value Added (EVA) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham?

1.5         Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.    Manfaat Akademis
a.    Penulis dapat menambah wawasan pembaca mengenai pengaruh EVA dan EPS terhadap harga saham.
b.    Penulis dapat memberikan gambaran kepada perusahaan tentang teori pengaruh EVA dan EPS terhadap harga saham.

2.    Manfaat Praktis
a.    Investor dapat melakukan investasi secara bijaksana dengan melakukan pengamatan  dan analisis saham yang diperjualbelikan di pasar modal.
b.    Emiten dapat mengamati kinerja perusahaan dengan melihat pengaruh dari perubahan harga saham dan hasil analisis dengan metode EVA dan EPS.

1.6         Metode Penelitian
1.6.1   Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan ilmiah ini merupakan 10 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang terdiri dari :

Tabel 1.1
Data 10 Perusahaan yang Terdaftar di BEI
No
Nama Perusahaan
No
Nama Perusahaan
1
PT. Aneka Tambang
6
PT. Jasa Marga
2
PT Alam Sutera Realty
7
PT. Kalbe Farma
3
PT. Gudang Garam
8
PT. Semen Indonesia
4
PT. Indocement Tunggal P.
9
PT. Unilever Indonesia
5
PT. Indofood Sukses Makmur
10
PT. XL Axiata

1.6.2    Data dan Variabel Penelitian
Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder berupa peninjauan laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi yang diambil dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website http://idx.co.id/ dan http://finance.yahoo.com/ .

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2, yaitu :
1.    Variabel bebas (Independen) adalah variabel yang terjadi dan merupakan pendugaan dari adanya sebab yang diperkirakan. Didalam penelitian ini, Economic Value Added (EVA) dan Earning Per Share (EPS) sebagai variabel bebas yang berlambangkan .

2.    Variabel tidak bebas (Dependen) adalah variabel yang terjadi kemudian akibat yang diperkirakan atau variabel yang diduga nilainya. Didalam penelitian ini, harga saham sebagai variabel tidak bebas yang berlambangkan Y, karena harga saham yang berubah-ubah sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya.

1.6.3   Metode Pengumpulan Data
Dalam upaya untuk mendapatkan data yang akan dipakai dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1.    Studi Pustaka
Metode ini digunakan oleh penulis sebagai pedoman dalam menjelaskan teori-teori penulisan dan cara perhitungan dengan mempelajari beberapa buku serta modul, dan jurnal ilmiah.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1         Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek atau tempat untuk investor menanamkan modalnya. Menurut Darmadji (2008:1), pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), saham, reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Pengertian pasar modal menurut Sandjaya (2003:424) dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :
1.    Pasar modal dalam arti sempit merupakan kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam jangka panjang.
2.    Pasar modal dalam arti luas antara lain :
a.    Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisasi termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan pendek.
b.    Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi, hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka.
Pasar modal merupakan tempat yang mempertemukan antara permintaan dan penawaran dana jangka panjang. Permintaan dana jangka panjang dari perusahaan-perusahaan baik swasta dan pemerintah untuk pembiayaan perluasan usaha atau investasi (Wulandari, 2009).
Jadi dari semua pengertian pasar modal diatas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan pasar atau tempat yang dilakukan oleh investor dalam melakukan penanaman modalnya. Penanaman modal tersebut dapat berupa saham biasa, saham preferen, obligasi, dan waran dalam jangka waktu yang panjang.
2.1.1   Lembaga Penunjang Pasar Modal
Menurut Sandjaya (2003:430) lembaga penujang pasar modal dibagi menjadi 4 (empat) antara lain :
1.    Kustodian
Pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lainnya yang berkaitan dengan efek, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek serta mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

2.    Biro Administrasi Efek
Biro administrasi efek sangat membantu semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan pasar modal dan pasar uang.

3.    Wali Amanat
Pihak yang mewakili kepentingan para pemegang obligasi sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam akte perjanjian perwaliamanatan dengan emiten, menilai, dan mengawasi jaminan yang diberikan emiten.

4.    Penanggung
Diperlukan apabila perbandingan antara utang dan obligasi yang diterbitkan dengan total aktiva emiten melebihi 80%.

2.1.2   Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena memberikan dua fungsi sekaligus. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2011:2) fungsi pasar modal yaitu, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
a.    Fungsi Ekonomi
Karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.

b.    Fungsi Keuangan
Karena memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.

2.1.3   Manfaat Pasar Modal
Menurut Darmadji dan Fakhrudi (2011:3) berpendapat bahwa, ada banyak manfaat dalam pasar modal diantaranya, yaitu :
a.    Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dan secara optimal.
b.    Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi.
c.    Menyediakan indikator utama (leading indicator) vagi tren ekonomi negara.
d.   Memungkinkan penyebaran kepemilikan perusahaan hingga lapisan masyarakat menengah.
e.    Memungkinakan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta pencipataan iklim berusaha yang sehat
f.     Memungkinkan penyebaran kepemilikan, keterbukaan, dan profesionalisme serta penciptaan iklim berusaha yang sehat.
g.    Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
h.    Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek.
i.      Menjadi alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melaui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
j.      Membina iklim keterbukaan bagi duni usaha, memberikan akses kontrol sosial.
k.    Mendorong pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan dan pemamfaatan manajemen profesional.

2.2         Pengertian Saham
Saham didefinisikan sebagai tanda penyerahan atau kepemilikan seseorang atas suatu perusahaan atau badan usaha. Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik saham dari perusahaan yang menerbitkan saham perusahaan tersebut (Wicaksono, 2007).
Para investor berhak memperoleh deviden yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham pun turut menanggung risiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut bangkrut, tidak selamanya investor akan mendapatkan deviden.

2.2.1   Jenis – Jenis Saham
Dibawah ini jenis-jenis saham yang dikenal menurut (Wicaksono, 2007), yaitu :
a.    Saham Atas Tunjuk (bearer stock)
Setiap pemegang saham atas tunjuk dianggap sebagai pemilik dan memiliki hak untuk menjual saham tersebut, memperoleh bayaran atas deviden dan menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

b.   Saham Atas Nama (Registered Stock)
Jenis saham ini nama dari pemilik saham terdapat di sertifikat saham dan tercatat dalam daftar pemegang saham  (DPS) perusahaan. Pemegang saham jenis ini memperoleh hak untuk menjual saham, memperoleh deviden, dan mengakhiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

c.    Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah saham yang tidak memiliki saham istimewa, pemegang saham ini memiliki hak prioritas yang lebih rendah dibandingkan pemegang saham preferen terutama pada saat pembagian deviden dan liquidasi perusahaan.

d.   Saham Preferen (Preferrend Stock)
Pemegang saham preferen memiliki hak prioritas dalam pembagian deviden dan pembagian kekayaan pada saat perusahaan dilikuidasi dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Selain itu pemegang saham preferen berhak mengajukan usul pengajuan calon anggota dewan komisaris dan direksi.

2.3         Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses  pencatatan secara keseluruhan. Laporan keuangan adalah suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan utuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada mereka oleh para pemilik perusahaan (Baridwan, 2004)
Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Bentuk – bentuk laporan keuangan (Baridwan, 2004) yaitu :
a.    Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Jumlah harta yang dimiliki disebut aktiva (harta). Jumlah kewajiban perusahaan disebut passiva (hutang). Passiva terdiri hutang + modal.

b.    Laporan laba rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan, biaya pendapatan dan beban dalam periode waktu tertentu. Selisih antara pendapatan serta biaya merupakan laba rugi merupakan alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai oleh perusahaan dan juga untuk mengetahui berapakah hasil bersih (laba) yang diperoleh dalam suatu periode.

c.    Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitass adalah laporan yang menunjukkan perbedaan jumlah aktiva dan hutang dari awal hingga akhir periode sehingga menjadi jumlah ekuitas.

d.    Laporan arus kas (Cash Flow Statement)
Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan keluar yang dibedakan menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Tujuan utama laporan arus kas adalah untuk menyajikan informasi releevan tentang penerimaan dan  pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode.

2.3.1   Karakteristik Kualitas Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik kualitatif laporan keuangan meliputi :

a.    Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahamioleh para pemakai.

b.    Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informassi memiliki kualitass relevan apabila informassi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa mmasa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau  mengkoreksi, hasil evaluasi mereka dimasa lalu.

c.    Keandalan
Informasi mempunyai kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai  penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

d.   Dapat Dibandingkan
Para pemakai laporan  keuangan harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi keuangan dan kinerja peruahaan.

2.3.2   Tujuan dan Batasan – Batasan Laporan Keuangan
1.    Tujuan Laporan Keuangan
a.    Bagi pihak kreditur, debitur, dan pihak lain yang berkepentingan untuk menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dan deviden atau bunga, dan aliran kas masuk dari penjualan, hutang atau surat berharga yang telah jatuh tempo.
b.    Bagi pihak kreditur, debitur, dan pihak lain yang berkepentingan untuk membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan–keputusan yang serupa.
c.    Mengenai sumber-sumber ekonomik, tuntutan terhadap sumber-sumber ekonomik, dan pengaruh transaksi, kejadian, atau keadaan yang mengubah sumber-sumber dan tuntutan terhadap sumber-sumber ekonomik.

2.    Batasan-Batasan Laporan Keuangan
a.    Bersifat Sejarah
Merupakan laporan atas kejadian-kejadian yang telah lewat, maka terdapat keterbatasan dalam kegunaanya.

b.    Bersifat Umum
Data-data yang disajikan dalam laporan keuangan itu berkaitan satu sama lain secara fundamentil, misalnya posisi keuangan dengan perubahannya yang tercermin pada perhitungan rugi-laba

c.    Sebagai hasil dari pemakaian stelsel timbulnya hak dan kewajiban dalam akuntansi.
Dalam proses penyusunannya laporan keuangan tidak dapat dilepaskan dari penaksiran-penaksiran dan pertimbangan-pertimbangan, namun demikian hal-hal yang dapat dinyatakan dalam laporan dapat diuji melalui bukti-bukti ataupun cara-cara perhitungan yang masuk akal.

d.   Bersifat Konservatif
Laporan keuangan keuangan bersifat konservatif dalam sikapnya menghadapi ketidak-pastian, peristiwa-peristiwa yang tidak menguntungkan segera diperhitungkan kerugiannya : harta, kekayaan bersih, dan pendapatan bersih selalu dihitung dalam nilainya yang paling rendah.

e.    Lebih menekankan keadaan sebenarnya
Laporan keuangan ituu lebih menekankan bagaimana keadaan sebenarnya peristiwa-peristiwa itu dilihat dari sudut ekonomi daripada berpegang pada formilnya (Munawir, 2004)

2.3.3   Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Analisa laporan keuangan terdiri dari dua kata Analisa dan Laporan Keuangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, Sedangkan “laporan keuangan adalah suatu catatan informasi keuangan dari suatu perusahaan, institusi, atau lembaga dalam suatu periode akuntansi yang dapat dijadikan acuan dalam menilai kinerja suatu perusahaan.

Analisa laporan keuangan adalah Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2008)

Laporan keuangan akan semakin berarti bagi pihak yang berkepentingan apabila telah diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan  telah dilakukan analisa lebih lanjut untuk memperoleh data yang akan mendukung dalam pengambilan keputusan. Dengan tujuan utama yaitu mengetahui posisi keuangan perusahaan saat ini.

Dalam menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dapat menggunakan berbagai macam teknik antara lain : tehnik analisa perbandingan laporan keuangan, trend atau tendensi, analisa sumber dan penggunaan modal kerja, teknik analisa laporan prosentase per komponen (common size statement), analisa sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), analisa ratio, analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis),  analisa titik impas (break even point) (Djarwanto Ps : 2001).

2.3.4   Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah suatu analisis yang menggambarkan hubungan antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain laporan keuangan dalam bentuk perbandingan. Analisis Ratio terutama bertujuan  untuk mendapatkan gambaran tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu atau pada saat dianalisis. Disamping itu Analisis Ratio dapat pula dipakai sebagai dasar untuk memperhitungkan keadaan dimasa yang akan datang.  

Menurut Lukas (2002:415) rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan laporan rugi-laba). Ada  5 jenis rasio keuangan yaitu :
a.    Leverage ratio yaitu memperlihatkan berapa hutang yang digunakan untuk perusahaan.
b.    Liquidity ratio yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo.
c.    Efficiency atau Asset Management Ratios atau Turnover yaitu mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya.
d.   Profitability Ratios yaitu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
e.    Market-Values Ratios yaitu memperlihatkan bagaimana perusahaan dinilai oleh investor di pasar modal.

2.4         Economic Value Added (EVA)
2.4.1   Sejarah dan Pengertian Economic Value Added (EVA)
Dasar teoritis dari konsep EVA disajikan dalam kertas akademis yang dipublikasikan antara tahun 1958 dan 1961 oleh dua ekonom financial, yaitu Merton H. Miller dan Franco Modligiani, yang memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ekonomi. Mereka berargumentasi bahwa laba ekonomis (economic income) merupakan sumber penciptaan nilai (value creation) di perusahaan dan bahwa tingkat pengembalian (rate of return of capital) ditentukan berdasarkan tingkat risiko yang diasumsikan oleh investor. Akan tetapi, Miller dan Modigliani tidak memberikan teknik untuk mengukur laba ekonomis (economic income) dalam suatu perusahaan.

Awal mula istilah Economic Value Added (EVA) diluncurkan oleh Stern Stewart Management Service, yaitu sebuah perusahaan konsulat di Amerika Serikat pada tahun 1989. Konsep EVA dipopulerkan oleh G. Bennett Steward III, managing partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya “The Quest for Value” pada tahun 1991. Tujuan dari pencetusan ide ini adalah berawal dari usaha mereka untuk memperoleh jawaban terhadap metode penilaian yang lebih baik. EVA merupakan modifikasi residual income. Steward berusaha memperbaiki residual income dengan melakukan penyesuaian atas NOPAT dan Capital, yang menurut mereka menyebabkan distorsi dalam modal akuntansi untuk pengukuran kinerja. Sejak itu lebih dari 300 perusahaan didunia mengadopsi disiplin tersebut.

EVA (Economic Value Added) adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan oleh perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi manajemen.

EVA berfungsi sebagai "pengingat konstan" bagi para manajer bahwa mereka belum benar-benar melakukan pekerjaan dengan baik hingga mereka menghasilkan pengembalian yang dapat menutup semua biaya modalnya. Selama perusahaan menemukan bahwa konsep EVA dapat menghubungkan dengan lebih baik strategi perusahaan dan investasi dengan nilai bagi pemegang saham, maka EVA menjadi alat yang berguna. EVA juga membantu menekankan mengapa merupakan hal yang sangat penting bagi semua manajer untuk mamahami konsep biaya modal. EVA yang positif secara umum menunjukkan terjadinya penciptaan nilai bagi para pemegang saham, sementara EVA yang negatif menunjukkan penghancuran nilai (Van Home, 2007:142).

EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas setelah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas (Brigham &  Weston, 2006:69).

Pengertian EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). (Tunggal, 2001)



2.4.2   Langkah-Langkah Perhitungan EVA
Berikut beberapa alternatif yang dapat digunakan sebagai acuan dalam perhitungan EVA, dalam penelitian ini menggunakan rumusan EVA menurut versi S. David Young yang dikutip oleh Tunggal (2001:1) adalah sebagai berikkut :

EVA = NOPAT – Capital Charge
Dimana :
NOPAT             = Net Operating Profit After Tax
Capital Charges = WACC x Invested Capital
Dari rumus tersebut maka perhitungan EVA dapat dilakukan dengan Langkah-Langkah sebagai berikut :

a.    Menghitung NOPAT (Net Operating Profit After Tax)
NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash bookkeeping entries seperti biaya penyusutan (Tunggal, 2001 : 5). Untuk menentukan nilai EVA ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perhitungan NOPAT yaitu :

1.    Penjualan
Penjualan yang disyaratkan pemegang saham adalah penjualan dari kegiatan operasi perusahaan (barang dan jasa), bukan penjualan aktiva perusahaan. Aktiva sebagai alat penunjang dari aktivitas operasi perusahaan dan bukan bagian dari kegiatan atau rutinitas pokok perusahaan, karena aktiva sama dengan hutang ditambah modal, maka perolehan suatu aktiva dikarenakan adanya penggunaan modal atau hutang, sehingga apabila perusahaan menjual aktivanya akan menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola modal.

2.    Biaya operasi
Biaya operasi adalah biaya yang timbul dari kegiatan operasi perusahaan. Beban pinjaman (biaya hutang) diklasifikasikan sebagai biaya modal karena biaya ini timbul sebagai pengorbanan untuk memperoleh modal. Biaya penelitian dan pengembangan, biaya promosi dan iklan diamortisasi sesuai dengan umur ekonomisnya masing-masing. Biaya bunga dari pembelian bahan baku secara kredit merupakan konsekuensi dari kegiatan operasi karena sangat berkaitan dengan kelancaran kegiatan operasi perusahaan.

3.    Pajak Penghasilan
Prosentase pajak penghasilan harus ada penyesuaian dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Pajak dibebankan berdasarkan prosentase yang berlaku dikalikan laba sebelum pajak.
NOPAT = Laba bersih setelah pajak + Biaya Bunga

b.    Mengidentifikasi Invested Capital
Menurut Tunggal (2001:5) adalah :
Jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non interrest bearing liabilities), seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan dan sebagainya.

Menurut Young (2001 :39) adalah :
Jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung bunga (non interest bearing liabilities), seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan, daan sebagainaya.

Perhitungan Invested Capital dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.    Pendekatan operasi (Operating Approach)

Invested Capital = kas : working capital requirement + aktiva tetap

Ivested capital requirement = persediaan + piutang dagang = aktiva lancar lainnya – (hutang dagang + biaya-biaya yang masih harus dibayar + uang muka pelanggan)

2.        Pendekatan keuangan (Financing Approach)

Invested Capital = pinjaman jangka pendek + pinjaman jangka panjang lainnya (interest bearing liabilities) + ekuitas

c.    Menghitung Capital Charge
Tunggal (2001:36)  memberikan definisi Capital Charges sebagai berikut :
Capital Charges adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas resiko dari modal yang ditanamkan”.

Perhitungan Capital Charges adalah sebagai berikut (Young, 2001:39)

Invested Charges = Invested Capital x WACC (Weighted Average Cost of Capital)



d.   Menghitung Cost of Capital (Cost of Debt dan Cost of Equity)
Cost of capital merupakan konsep yang sangat penting dalam keuangan perushaan karena konsep ini dimaksudkan untuk menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber.
Menurut Riyanto (2005), bahwa konsep cost of capital dimaksudkan untuk dapat menentukan biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana, untuk kemudian menentukan biaya modal rata-rata (average cost of capital) dari keseluruhan dana yang digunakan dalam perusahaan yang merupakan tingkat biaya penggunaan modal perusahaan.

a.    Pengertian Cost of capital
Cost of capital adalah Suatu tingkat keuntungan yang harus dicapai agar bisa memuaskan keinginan para investor. Cost of capital ini penting karena penghubung utama antara keputusan-keputusan finansial manajemen perusahaan untuk menentukan apakah perbandingan antara equity dan debt sudah optimal.

b.    Komponen Cost of Capital
Komponen Cost of Capital terdiri dari :
a)    Biaya hutang (Cost of Debt)
Biaya utang merupakan tingkat bunga yang diterima oleh kreditor sebagai tingkat pengembalian yang disyaratkan. Secara garis besar biaya utang dapat dibedakan menjadi biaya utang sebelum pajak (before-tax cost of debt) dan biaya utang setelah pajak (after-tax cost of debt). Dalam hal ini konsep biaya utang yang digunakan adalah  biaya utang setelah pajak, karena perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dananya dari utang akan terkena kewajiban membayar bunga. Beban bunga akan menyebabkan pajak penghasilan berkurang. Perhitungan cost of debt sebagai berikut :

b)   Biaya Ekuitas (Cost of Equity)
Biaya ekuitas adalah tingkat pengembalian (return) yang dikehendaki investor karena adanya ketidakpastian tingkat laba sebagai akibat dari tambahan resiko atas keputusan yang diambil perusahaan. Dalam menghitung besarnya ekuitas dapat digunakan pendekatan price earning ratio (PER) dengan rumus sebagai berikut:


                    
PER = Price Earning Ratio

c)    Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat cost of capital
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi tingkat cost of capital, antara lain :
(a)      Kondisi pasar
Yang harus diperhatikan disini adalah faktor resiko yang dihadapi dimana apabila resiko yang dihadapi perusahaan tinggi maka premium yang dituntut oleh investor juga tinggi sehingga akan mengakibatkan cost of capital yang tinggi.

(b)     Keadaan perekonomian pada umumnya, seperti jumlah demandsupply, modal dan inflasi.

(c)      Jumlah dana yang dibutuhkan
Semakin tinggi jumlah modal yang dibutuhkan maka Weighted Cost of Capital juga akan meningkat, disebabkan oleh :

i.      Jumlah sekuritas yang banyak untuk dijual menyebabkan floating cost meningkat sehingga mempengaruhi biaya modal perusahaan.
ii.    Perusahaan yang mencari modal dalam jumlah relatif besar (dibandingkan terhadap besar perusahaan) menyebabkan ROR yang dituntut investor meningkat.
iii.  Jika jumlah sekuritas akan dijual banyak biasanya timbul kesulitan dalam menawarkan di bursa/pasar apabila tidak memberikan potongan harga, hal tersebut dapat meningkatkan cost of capital.

(d)     Operasi perusahaan dan keputusan dibidang keuangan
Resiko sebagai variasi dari return juga merupakan akibat dari keputusan yang dibuat oleh perusahaan. Resiko terbagi menjadi dua, yaitu :
(i)   Bussines Risk
Variabel daripada return asset yang dipengaruhi oleh keputusan investasi perusahaan.
(ii) Financial Risk
Kenaikan variability return pemegang saham biasa sebagai akibat karena digunakannya debt and preferred stock.

(e)      Menentukan Capital Cost Rate atau WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Tingkat biaya penggunaan modal yang harus diperhitungkan oleh perusahaan adalah tingkat biaya penggunaan modal perusahaan secara keseluruhan. Oleh karen itu biaya dari masing-masing sumber dana itu berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal dari perusahaan secara keseluruhan peerlu menghitung weight average dari berbagai sumber dana tersebut. Penetapan bobot atau weight dapat didasarkan pada :

(1)     Jumlah rupiah dari masing-massing komponen struktual modal
(2)     Proporsi modal dalam struktur modal yang dinyatakan dalam presentase.

WACC dapat dihitung dengan cara mengalikan masing-masing komponennya (Tunggal, 2001:4)

WACC = [ D x rd (1 – tax ) ] + [ E x rE ]

Dimana :
D       = Tingkat modal dari hutang (debt)
E        = Tingkat modal dari ekuitas
rd       = Cost of Debt
     re       = Cost of Equity

2.4.3   Penilaian Kinerja Perusahaan dengan EVA
Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:
a.    EVA > 0, berarti menambah nilai bisnis (perusahaan). Dalam hal ini karyawan berhak mcndapatkan bonus, kreditur tetap mendapatkan bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam.

b.    EVA = 0, berarti secara ekonomis "impas" karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapatkan bonus hanya gaji.

c.    EVA < 0, berarti tidak memberikan nilai tambah perusahaan tersebut, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan penyandang dana dalam hal ini karyawan tida bisa mendapatkan bonus hanya mendapatkan bunga dan pemilik saha tidak mendapatkan pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam.

2.4.4   Manfaat Metode EVA bagi Perusahaan
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam
menggunakan EVA sebagai alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan.

Beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain :
1.    Economic Value Added (EVA)  digunakan  sebagai  penilai  kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation).
2.    Economic Value Added (EVA) menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
3.    Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer berpikir dan bertindak sepertinya halnya pemegang saham  yaitu memilih investasi    yang  memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan  tingkat  biaya  modal  sehingga  nilai  perusahaan dapat dimaksimumkan.
4.    Economic Value Added (EVA) dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang dapat memberikan pengembalian lebih tinggi dari biaya modalnya.
5.    Dengan Economic Value Added (EVA), para manajer harus selalu membandingkan   tingkat   pengembalian   proyek   dengan   tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat risiko proyek tersebut.

Sedangkan menurut Tunggal (2001) beberapa manfaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain:
1.    EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa memerlukan ukuran lain baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan sejenis atau menganalisis kecenderungan (trend).
2.    Hasil perhitungan EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal yang rendah.

2.4.5   Manfaat Metode EVA bagi Pemegang Saham
Penerapan konsep EVA dalam perusahaan digunakan untuk mengetahui the True cost of capital dari bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal bisa diperlihatkan secara jelas sesuai dengan permintaan para pemegang saham.
Manfaat lain adalah memberikan kemudahan bagi pemegang saham dalam menilai kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Manfaat inilah yang akan menjadi pembahasan dari penulisan ilmiah ini.

2.5         Earning Per Share (EPS)
Menurut Houston and Brigham (2001) berpendapat, laba per lembar saham atau EPS adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.
Sedangkan Menurut Baridwan (2004:443) menyatakan bahwa, “Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar”.
Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua macam laba per lembar saham :
a.    Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.
b.    Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.

Jadi, dapat dikatakan EPS merupakan jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar.
EPS dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :


2.6              Harga Saham
Harga saham adalah nilai dari surat berharga sebagai tanda kepemilikan seseorang atau badan atas suatu perusahaan penerbitnya yang dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder (pasar bursa). Semakin banyak investor yang membeli atau menyimpan saham, maka harganya semakin naik. Sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya bergerak turun.
Salah satu perhitungan harga saham yang seharusnya (nilai instinsik) adalah berdasarkan pendekatan deviden. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Bagi investor jumlah rupiah yang diterima dari pembayaran dividen risikonya lebih kecil dari capital gain, selain itu dividen lebih dapat diperkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan, sehingga pembayaran dividen yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai prospek tingkat keuntungan yang baik. Sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dapat diartikan bahwa prospek tingkat keuntungan kurang baik. Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turunnya besarnya dividen yang dibayarkan.
Dalam pendekatan ini harga saham dapat diketahui dengan menghitung nilai sekarang (present value) dari proyeksi dividen yang akan diterima investor. Modal dasar perhitungan harga saham dengan pendekatan ini sebagai berikut :




Keterangan simbol :
Po          = Harga saham pada periode O
dt           = deviden yang diterima pada periode t
i              = tingkat pengembalian yang diminta

Apabila saham tersebut dimiliki selama n tahun kemudian dijual, maka harga saham dapat dihitung sebagai berikut :

Keterangan simbol :
           = Deviden yang diterima tahun pertama
           = Deviden yang diterima tahun kedua
          = besarnya deviden tahun ke-n
           = harga saham dijual pada periode ke-n
i             = tingkat pengembalian yang diminta

2.6.1   Valuasi Harga Saham
Analisis saham bertujuan untuk nilai instrinsik (instrinsik value) suatu saham, dan membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai instinsik (NI) menunjukan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang digunakan untuk menentukan harga saham adalah sebagai berikut :
1.        Apabila NI  <  harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinyatakan harganya terlalu mahal (overvalued). Saham dalam kondisi seperti ini harus segera dijual.
2.        Apabila NI  >  harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai harganya terlalu rendah (undervalued). Saham dalam kondisi seperti ini layak dibeli atau dipertahankan jika sudah dimiliki.
3.        Apabila NI  =  harga pasar saat ini, maka saham tersebut dalam kondisi keseimbangan. Dari asumsi investor terhadap nilai saham yang overvalued atau undervalued inilah terjadi proses jual beli saham yang akan berakibat pada perubahan harga saham.

2.6.2   Pendekatan Penilaian Saham
Dalam menentukan harga saham perlu adanya suatu model perhitungan yang bisa digunakan untuk memilih saham yang mana yang seharusnya dimasukkan dalam potofolio. Model perhitungan merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel perusahaan (seperti penjualan, laba, dan deviden) yang diamati menjadi perkiraan harga saham. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan harga saham yaitu :
1.        Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan metodologi dari perkiraan pergerakan harga saham, baik sebagai saham individu atau pasar secara keseluruhan. Model analisis ini beranggapan bahwa harga suatu saham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut, sehingga asumsi yang berlaku dalam model analisi ini adalah :
a.       Harga pasar saham ditentukan oleh interaksi supply dan demand
b.      Supply dan demand dipengaruhi banyak faktor baik yang rasional maupun irasional.
c.       Perubahan harga saham cenderung mengikuti tren tertentu.
d.      Tren dapat berubah mengikuti pergeseran supply dan demand.
e.       Pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan mempelajari diagran perilaku pasar.
f.        Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lau akan terulang kembali di masa yang akan datang.

2.        Analisis Fundamental
Analisis fudamental adalah metode yang mencoba untuk memprediksi nilai instinsik dari suatu investasi. Analisis ini didasarkan pada teori bahwa harga pasar dari sebuah aset cenderung bergerak menuju nilai riil atau nilai instrinsik. Analisis ini akan membandingkan nilai instrinsik suatu saham dengan harga pasarnya yaitu dengan dua pendekatan :
a.       Pendekatan Deviden
Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdassarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembayaran deviden yang tinggi mencerminkan prospek tingkat keuntungan yang baik suatu perusahaan, sedangkan penurunan tingkat pembayaran deviden dapat menjadi informassi yang kurang menguntungkan bagi perusahaan sebab deviden juga dianggap sebagai tanda tersedianya pendapatan yang tinggi dalam perusahaan dan juga mengindikasikan tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa yang akan datang. Pada akhirnya harga saham akan mengikuti naik turun besarnya deviden yang dibagikan.

b.      Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
Menaksir nilai saham dengan mengalikan laba perlembar saham dengan kelipatan tertentu. PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk  mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah peerolehan laba perusahaan.

2.6.3   Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham (2005), Faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian deviden.
Faktor lainnya yang dapat mempengarahi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham.
Investasi harus henar-benar menyadari bahwa di samping akan memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham merupakan penilaian sesat yang dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari perusahaan, kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham. Menurut Sawidji (2005) : “Faktor utama yang menyebabkan harga saham adalah persepsi yang berbeda dari masing-masing investor sesuai dengan informasi yang didapat”.

2.6.4   Indeks Harga Saham
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks Harga Saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh terutama kejadian-kejadian ekonomi, sosial, politik, dan keamanan. Dengan demikian IHS dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar untuk melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market).

2.7         Kajian Penelitian Sejenis
Dalam sub bab ini, penulis mengkaji beberapa penulisan ilmiah sejenis yang disusun oleh :




Tabel 2.1
Rangkuman Hasil Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti / Tahun
Metode Analisis
Variabel yang digunakan
Hasil Penelitian
1
Ananto Sarono Wicaksono / 2007
Regresi
EPS, ROA, DPR dan Harga Saham
Secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial, ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham
2
Noer Sasongko & Nila Wulandari / 2006
Regresi
EVA, ROA, ROE, ROS, EPS, BEP, dan Harga Saham
Secara parsial, EPS berpengaruh terhadap harga saham.
Sedangkan EVA, ROA, ROE, ROS, EPS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.
3
Harjono Sunardi / 2010
Regresi
EVA, ROI, dan Return Saham
Variabel EVA dan ROI tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham
4
Dwi Marta Siswa / 2011
Regresi
ROE, EVA, EPS, dan Return Saham
Secara Parsial ROE, EVA dan EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham
5
Samuel C. Weaver / 2011

EVA dan komponen utamanya
Lapangan yang mengidentifikasi inkonsistensi signifikan dalam pengukuran EVA dan Komponen utamanya


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1         Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan ilmiah ini merupakan 10 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang terdiri dari :

Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang terdaftar di BEI
No
Nama Perusahaan
No
Nama Perusahaan
1
PT. Aneka Tambang
6
PT. Jasa Marga
2
PT. Alam Sutera Realty
7
PT. Kalbe Farma
3
PT. Gudang Garam
8
PT. Semen Indonesia
4
PT. Indocement Tunggal P.
9
PT. Unilever Indonesia
5
PT. Indofood Sukses Makmur
10
PT. XL Axiata

3.2         Data/Variabel
Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder berupa peninjauan laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi yang diambil dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website http://idx.co.id/ dan http://finance.yahoo.com/ .

Yang menjadi variabel dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2, yaitu :
1.    Variabel bebas (Independen) adalah variabel yang terjadi dan merupakan pendugaan dari adanya sebab yang diperkirakan. Didalam penelitian ini, Economic Value Added (EVA) dan Earning Per Share (EPS) sebagai variabel bebas yang berlambangkan .
2.    Variabel tidak bebas (Dependen) adalah variabel yang terjadi kemudian akibat yang diperkirakan atau variabel yang diduga nilainya. Didalam penelitian ini, harga saham sebagai variabel tidak bebas yang berlambangkan Y, karena harga saham yang berubah-ubah sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya.

3.3         Metode Pengumpulan Data
Dalam upaya untuk mendapatkan data yang akan dipakai dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :
1.    Studi Pustaka
Metode ini digunakan oleh penulis sebagai pedoman dalam menjelaskan teori-teori penulisan dan cara perhitungan dengan mempelajari beberapa buku serta modul, dan jurnal ilmiah.

3.4         Hipotesis
Hipotesis yang ditetapkan (Ho) menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yang ditetapkan menunjukkan adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hipotesis yang ditetapkan sebagai berikut :
a.    Hipotesis Simultan
Ho       : Tidak ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Economic Value Added dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham.
Ha       : Ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Economic Value Added dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham.

b.    Hipotesis Parsial
1.                    : Tidak ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham.
             : ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham.
2                 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham.
             : ada pengaruh yang signifikan dan positif antara Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham.

3.5         Alat Analisis yang Digunakan
3.5.1   Economic Value Added (EVA)
EVA adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan, dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk modal ekuitas setelah dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban untuk modal ekuitas (Brigham&Weston, 2006:69).

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:
a.    EVA > 0, berarti menambah nilai bisnis (perusahaan). Dalam hal ini karyawan berhak mendapatkan bonus,  kreditur tetap mendapatkan bunga dan pemilik saham bisa mendapatkan pengembalian yang sama atau lebih dari yang ditanam.
b.    EVA = 0, berarti secara ekonomis "impas" karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham, sehingga karyawan tidak mendapatkan bonus hanya gaji.
c.    EVA < 0, berarti tidak memberikan nilai tambah perusahaan tersebut, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan penyandang dana dalam hal ini karyawan tidak bisa mendapatkan bonus hanya mendapatkan bunga dan pemilik saham tidak mendapatkan pengembalian yang sepadan dengan yang ditanam.

Perhitungan Economic Value Added (EVA)
1.    Menghitung nilai NOPAT
NOPAT = EAT + Biaya Bunga

2.    Menghitung nilai Invested Capital
Invested Capital  =  Total Hutang dan Ekuitas – Pinjaman jangka pendek tanpa bunga

3.    Menghitung tingkat modal dari hutang (D)
                                
               
4.    Menghitung cost of debt atau biaya hutang (rd)


5.    Menghitung tingkat pajak penghasilan (T)(Tax)

6.    Menghitung Tingkat Modal dari Ekuitas (E)
7.    Menghitung PER dan Cost of Equity (rE)


8.    Menghitung WACC

WACC = [ D x rd (1 – tax ) ] + [ E x rE ]

WACC          = Weight Average Cost of Capital
D                   = Tingkat modal dari hutang
rd                  = Persentase cost of debt
 Tax               = Persentase pajak
E                   = Tingkat modal dari ekuitas
rE                  = Persentase cost of equity


9.    Menghitung Capital Charges

Capital Charges = WACC x Invested Capital

10.    Menghitung nilai Economic Value Added (EVA)
EVA = NOPAT – Capital Charge


3.5.2   Earning Per Share (EPS)
EPS merupakan jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham, adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengancara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar. EPS dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :


3.6         Teknik Analisis Data
3.6.1   Uji Asumsi Klasik
a.    Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.  Jika asumsi ini dilanggar maka uji stastistik menjasi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi grafik dan uji statistik.

b.   Uji Multikoloniearitas
Uji  Multikoloniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikoliniearitas dapat dilihat dari tolerance dan lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Untuk pengambilan keputusan dalam menentukan ada atau tidaknya multikolinearitas yaitu dengan kriteria sebagai berikut :
1.    Jika nilai VIF > 10 atau jika tolerance < 0,1 maka ada multikolinearitas dalam model regresi.
2.    Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka tidak ada multikolinearitas dalam model regresi .


c.    Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas mengunakan uji Glejser. Ada  atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya, jika nilai signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka dapat sisimpulkan tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

d.   Uji Autokorelasi
Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi, penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi.
Tabel 3.2
Tabel Durbin-Watson
Durbin Watson
Kesimpulan
Kurang dari 1,10
Ada korelasi
1,10 - 1,54
Tanpa kesimpulan
1,55 - 2,45
Tidak ada autokorelasi
2,46 – 2,90
Tanpa kesimpulan
Lebih dari 3
Ada korelasi



3.6.2   Analisis Linier Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Rumus:

Y       = a +  + +…+  bnXn + e


Keterangan :
Y                     =  dependent variabel
a                      =  konstanta
  , , bn       =  koefisien  regresi
         = independent variabel
e                      = kesalahan pengganggu

3.6.3   Analisis Koefisien Determinasi (R²)
Analisis ini digunakan untuk menunjukkan berapa persen fluktuasi atau variasi pada suatu variabel (Y) dan dapat disebabkan atau dijelaskan oleh variabel lain (X).

Dimana :             = Koefisien Determinasi
                    Y         = Variabel terikat (dependent)
                    X         = Variabel bebas (independent)
                            = Rata-rata hitung dari nilai Y
                    n          = Jumlah data

Adjusted           = 1 – (1 –
Dimana :             = Koefisien determinasi
                    n          = Jumlah data
                    k          = Jumlah variabel independent

3.6.4   Analisis Uji Anova (Uji F)
Uji f, didapat f nilai hitung untuk variabel independent secara bersama-sama terhadap harga saham. Uji f digunakan untuk menguji hipotesa penelitian yang ditempuh melalui dua pendekatan, yaitu membandingkan angka f hitung dengan f tabel (Handoko, 2008) :
a.     Jika Fhitung  Ftabel, maka Ho diterima.
b.    Jika Fhitung Ftabel, maka Ho ditolak.
Atau dapat juga dilihat dari nilai p value yang muncul,
a.    Jika p < , maka Ho ditolak.
b.    Jika p > , maka Ho diterima.

Untuk menentukan nilai F tabel, tingkat ssignifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df=(n-k) dan (k-1). Fhitung dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :

Fhitung =

Keterangan  :                  = Koefisien determinasi
                                n          = Jumlah data atau kasus
                               k          = Jumlah variabel independen


3.6.5   Analisis Uji T (t test)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel bebas (X) secara individual terhadap variabel terikat (Y).
a.    Jika -  maka Ho diterima yang artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebass dengan variabel terikat.
b.    Jika -  atau  maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Menurut J. Supranto (2001:201)  analisis Uji “t” dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :     t           = t hitung
                    r           = Koefisien korelasi
                    n          = Jumlah tahun observasi


3.7         Kerangka Pemikiran


Gambar 3.1
Kerangka Pemikiran

EVA

                                     Harga Saham
EPS
 
  

Tabel 3.4
Tabel Indikator
No
Variabel
Definisi
Skala
Rumus
1
EVA
Ukuran kinerja keuangan yang memperhitungkan kepentingan pemilik modal
Rupiah
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital)
2
EPS
Perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar
Rupiah
3
Harga Saham
Harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung
Rupiah
Kebijakan Pasar



DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting.Yogyakarta : BPFE

Brigham, Eugene F. & Weston.2005.Foundamentals of financial management. Terjemahan Ali Akbar Yulianto. 2006. Edisi 10. Salemba Empat Jakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhrudin. 2011. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan dan Tanya Jawab. Jakarta : Salemba Empat.

Djarwanto, PS. 2001. Pokok – pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.

Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan.Yogyakarta : Liberty.

Riyanto, Bambang. 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE, Yogyakarta.

Sandjaya, Ridwan dan Inge Berlian. 2003. Manajemen Keuangan 2. Jakarta : Literata Lintas Media.

Sasongko, Noer dan Nila Wulandari.2006.Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitass Terhadap Harga Saham.Empirika Volume 19, No 1

Siswa, Dwi Marta. 2011. Pengaruh Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham pada Perusahaan Perbankan yang Listed di BEI Periode 2008-2009. Skripsi Universitas Negeri Malang.

Sunardi, Harjono.2010.Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Volume 2, No1

Van Home, James C & John M. Wachowicz. JR. 2007. Fundamentals of Financial Management Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Jilid 2 Edisi 12, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Weaver, Samuel C., Measuring Economic Value Added: A Survey of the Practices of EVA(R) Proponents.Journal of Applied Finance, Vol. 11, 2001.

Wicaksono, Ananto Sorono. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Peruahaan Ynag Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Wulandari, Irfiana. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Keuangan Go Publik di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Muhammadiyah Surakarta.

Young, S. David dan O’Byrne Stephen. 2001. EVA Manajemen Berdasarkan Nilai Panduan Praktis Untuk Implementasi. Jakarta : Salemba Empat